Puisi

Bagiku Hitam Kopiku, Bagimu Putih Susumu

Puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch

BAGIKU HITAM KOPIKU, BAGIMU PUTIH SUSUMU

Terimalah salamku bersama desau angin, pada hari ke 22 bulan Desember saat gerimis jatuh dan bunga kemuning mengirimkan wangi di pagi hari.

Sudah sekian lama kita tak saling menyapa, entah berkirim salam atau menghangatkan malam dengan kopi tanpa gula.

Masih tersisa suara gelas jatuh yang bergema dalam jantungku, juga ujung anak panah yang menembus di ulu hati. Walau rasa nyeri tak kunjung sirna, hari ini kutulis puisi untukmu.

Pagi ini kurayakan sebuah hari, dimana luka tak harus dimanja, rasa sakit tak wajib diungkit, sebab sesakit apa pun pasti ada penyembuhnya, seluka apa pun selalu tersedia obatnya.

Merayakan kesetiaan pada merah-putih yang sama, merekatkan persaudaraan dengan ketulusan hati walau kita tetaplah beda.

Pada perbedaan itulah kita saling berbagi warna-warni hingga tercipta bianglala atau indahnya pelangi.

Dalam cengkeraman kaki garuda kita belajar mengasah nalar, bukan berlomba saling mencakar.

Berguru pada samudera, kita berlayar mengarungi deburan ombak dan gerak gelombang, sebab dengan perahu yang sama kita tetap satu tujuan.

Bersama dalam suka dan duka, bersama dalam tangis dan tawa, bersama saat badai dan batu karang menghadang entah pagi ataupun petang.

Perbedaan harus kita nikmati, perbedaan wajib kita rayakan. Sebagaimana Tuhan mentakdirkan warna hitam pada kopi, warna putih pada susu, dan pada cangkir yang sama kita berbagi dan memberi.

Bagiku hitam kopiku, bagimu putih susumu.
Pada cangkir Ibu Pertiwi kita berbagi.

Gus Nas
Gus Nas

(Selamat Merayakan Hari Kesetiakawanan Sosial)

*HM. Nasruddin Anshoriy Ch atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, HB. Jassin, Mochtar Lubis, WS. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dll. Baca : Biogragi Singkat.

Related Posts

1 of 125