PolitikResensiRubrika

Asumsi Terorisme Semakin Mematikan di Milenium Ketiga

Asumsi terorisme semakin mematikan. Memasuki dekade kedua milenium ketiga, serangan teroris tampaknya semakin mematikan
Asumsi terorisme semakin mematikan. Memasuki dekade kedua milenium ketiga, serangan teroris tampaknya semakin mematikan. Ilustrasi foto: Youtube

NUSANTARANEWS.CO – Asumsi terorisme semakin mematikan. Memasuki dekade kedua milenium ketiga, serangan teroris tampaknya semakin mematikan, dan semakin banyak menelan korban. Contoh paling spektakuler adalah peristiwa 9/11 – serangkaian serangan bunuh diri terhadap simbol-simbol kekuatan ekonomi dan politik Amerika. Menara Kembar World Trade Center, di New York City, dan Pentagon, di Arlington, Virginia. Serangan itu menewaskan setidaknya lebih dari 2.900 korban tewas dan 6.000 orang mengalami luka-luka.

Serangan paling mutakhir mungkin 13/11 di Perancis pada 2015 lalu. Sebuah rangakaian serangan di beberapa titik yang menewaskan setidaknya 153 orang tewas. Pemerintah Perancis menuduh ISIS sebagai dalang di balik serangan itu. Sementara kelompok ISIS dengan senang hati mengakuinya.

Berkaca dari contoh serangan di Amerika dan Prancis tersebut, boleh jadi asumsi bahwa serangan terorisme menjadi lebih mematikan dalam dekade terakhir, ada benarnya. Asumsi ini ditafsirkan dengan melihat daya rusak dan jumlah korban yang tewas dalam setiap serangan. Baik serangan kelompok ideologis maupun pun individu.

Dewasa ini, ukuran dan bentuk terorisme telah mengalami perubahan besar di banding masa lalu. Setelah 9/11, ancaman terorisme menjadi sangat besar, lebih daripada di masa lalu. Berikut ada beberapa opini menarik menyangkut terorisme jenis baru yang lebih mematikan dari yang sudah-sudah, di masa lampau.

Tahun 2004, Dick Cheney ketika menjabat Wapres Amerika Serikat mengatakan bahwa ancaman terbesar yang kita hadapi sekarang sebagai bangsa adalah kemungkinan serangan teroris di tengah-tengah salah satu kota kami dengan senjata mematikan dari yang sebelumnya, yang telah digunakan untuk melawan kita, antara lain senjata biologis, atau senjata nuklir, atau senjata kimia yang dapat mengancam kehidupan ratusan ribu orang Amerika.

Baca Juga:  Pemkab Nunukan Gelar Konsultasi Publik Penyusunan Ranwal RKPD Kabupaten Nunukan 2025

Peter Neumann, seorang ilmuwan Jerman yang bekerja di London di King College yang pada tahun 2009 mengatakan, bahwa dalam era terorisme baru, kekerasan dan nilai simbolis tampaknya telah menjadi satu. Sehingga korban massal penduduk sipil sudah menjadi bagian dari target serangan mereka, bahkan memang disengaja.

Apakah ide-ide dan pernyataan tersebut berdasarkan fakta dan analisis yang tepat? Nah, sayangnya serangan 9/11, termasuk serangan di Bombay, Besilam, Baghdad, Bali, Paris, dan Peshawar adalah fakta dari  sebuah serangan mematikan yang merenggut nyawa banyak orang. Jadi, ya mereka sangat mematikan dan mereka menjadi berita utama di seluruh dunia.

Sebagai ilustrasi, kita bisa bayangkan bila orang-orang di Irak atau Pakistan, bersedia dan mampu membuat bahan peledak yang lebih canggih dan menggunakannya dalam serangan bunuh diri. Dengan kata lain, kombinasi teknik dan taktik baru dengan nilai yang berbeda sangat memungkinkan bagi teroris untuk membunuh lebih banyak orang dalam waktu yang sama.

Seperti telah dikatakan oleh Byron Jenkins, bahwa pada tahun 1975, teroris ingin ditonton oleh orang banyak, tapi sedikit memakan korban kematian. Pernyataan itu kemudian diulang pada 2006, dengan perbedaan menyolok, bahwa sekarang ini terorisme menjadi lebih berdarah. Teroris ingin ditonton orang banyak dan banyak korban yang mati.

Apakah asumsi Bryan Jenkins benar bahwa teroris ingin lebih banyak orang mati? Apakah teroris telah berhasil mencapai itu? Bahwa terorisme lebih mematikan dalam satu dekade terakhir. Mengapa kita harus menyelidiki asumsi ini? Bila benar terorisme menjadi lebih mematikan, mungkin kita harus mencurahkan lebih banyak cara untuk melawan ancaman fisik yang sangat serius ini. Tapi bagaimana kalau tidak? Mungkin kita telah menghabiskan terlalu banyak uang untuk melawan terorisme. Padahal uang tersebut bisa kita alihkan untuk hal lain yang lebih bermanfaat. Misalnya untuk mengentaskan kemiskinan sehingga dunia menjadi tempat yang lebih baik.

Baca Juga:  BPPD Nunukan dan BNPP Gelar FGD IPKP PKSN Tahun 2023

Tetapi jika terorisme memang lebih mematikan, mungkin kita harus mencari langkah-langkah lebih keras untuk melawannya. Tapi jika tidak, mungkin kita harus melihat lebih dekat pada proporsionalitas dari langkah-langkah yang telah kita ambil di masa lalu. Bisa jadi kita bereaksi terlampau berlebihan setelah 9/11, sehingga menimbulkan kesan bahwa serangan terorisme menjadi lebih mematikan.

Mitos atau fakta, mari kita bandingkan asumsi dengan bukti empiris. Berapa jumlah orang yang tewas dalam serangan teroris, dan bagaimana perkembangannya dari waktu ke waktu? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita menggunakan laporan latar belakang, 9/11 sepuluh tahun kemudian, dari konsorsium nasional untuk studi yang berbasis di Maryland University.

Data di awal tahun 1990-an cukup tinggi dengan 8.000 sampai 10.000 orang dibunuh. Kemudian turun pada 1995, dan naik lagi ke angka yang cukup tinggi pada tahun 1997. Nah, kemudian peristiwa 9/11 hanya menelan korban 3.000 jiwa. Bila kita masukkan juga korban tewas di Prancis dan Peshawar, jumlahnya tetap masih di bawah 5.000. Tetapi bila kita melihat statistik dari 2003 sampai 2007, tercatat lebih dari 12.000 korban jiwa.

Baca Juga:  Gandeng Madani Institute Singapura, UNIDA Gontor Gelar Pengabdian Kolaborasi Internasional

Apa yang bisa kita simpulkan dari tren tersebut? Ya, sebuah gambaran tren pasang surut, dan indikasi untuk masa depan, itu bisa naik, bisa juga turun lebih jauh. Tapi ada ada kecenderungan umum untuk meningkat di kawasan-kawasan tertentu. Seperti di Asia, atau Amerika Latin. Bisa juga di Eropa. Tetapi belum tentu lebih mematikan.

Kembali kita kutip James Piazza, yang mengeksplorasi data tentang korban per serangan teroris internasional. Jadi, tidak melihat semua jenis serangan, hanya fokus pada serangan teroris internasional. Piazza menunjukkan bahwa jumlah korban per serangan teroris internasional telah meningkat, datanya menunjukkan bahwa dalam periode tahun 1968, 1979, mereka rata-rata sedikit lebih dari dua korban per serangan. Dalam tahun 1980-an meningkat menjadi 4, dan pada tahun 1990 meningkat menjadi lebih dari 10 korban per serangan. Dan dalam lima tahun pertama milenium baru, tahun 2000 dan 2005, meningkat menjadi 11 korban per serangan.

Nah, Piazza telah memberikan kita gambaran yang jelas tentang jumlah korban per serangan. Bahwa telah terjadi pemalsuan data mengenai peningkatan jumlah korban akibat serangan teroris. Tetapi bagian dari asumsi yang mengatakan bahwa ada lebih banyak korban per serangan, lebih banyak orang tewas dan terluka dalam setiap kejadian, bisa disimpulkan bahwa asumsi terorisme semakin mematikan sebagian adalah benar. Dengan kata lain, bahwa terorisme telah menjadi semakin mematikan, terutama setelah 9/11 hanya separuhnya benar. (Agus Setiawan/dari bahan kuliah Studi Terorisme).

Related Posts

1 of 3,049