Lintas NusaTerbaru

Akademisi Apresiasi Kenaikan Peringkat Nasional UGM

NUSANTARANEWS.CO, Yogyakarta – Kalangan akademisi dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengapresiasi kenaikan peringkat secara nasional yang diraih Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi peringkat teratas. Tahun sebelumnya, peringkat teratas perguruan tinggi negeri terbaik ditempati oleh Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Kami mengapresiasi kenaikan peringkat UGM menjadi teratas secara nasional,” kata Peneliti bidang Linguistik Terapan, Konsentrasi Pendidikan Bahasa Asing dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Arif Bulan dalam siaran persnya, Selasa (22/8/2017).

Ia menuturkan, sebagai akademisi dan peneliti, pihaknya menilai wajar jika UGM mendapatkan peringkat I sebagai universitas terbaik di Indonesia. Apalagi UGM memang memenuhi kualifikasi terbaik dalam segala ndikator penilaian yang dilakukan oleh Dikti, katanya.

Lima Kriteria

Menurut dia, berdasarkan penilaian yang dilakukan Kemenristekdikti terhadap kampus terbaik, bahwa secara umum terdapat 5 kriteria penting yang wajib dipenuhi oleh setiap perguruan tinggi.

Pertama, kualitas penelitian dosen institusi dimana bisa dilihat rasio dosen UGM yang banyak berpengaruh pada meningkatnya publikasi terindeks Scopus mapun Thompson.

Baca Juga:  JKSN Jatim Deklarasikan Dukungan Khofifah-Emil Dua Periode

“Jumlah publikasi ini yang paling besar poin penilaiannya,” jelas dia.

Kedua, akreditasi institusi dimana UGM memiliki akreditas A. Selain itu, kebanyakan program studi (prodi) yang ada di UGM mendapat akreditasi A. Hal ini, katanya, yang menunjang dan mengangkat akreditasi institusi naik karena prodi dari bawah sudah banyak yang terakreditasi sangat baik atau klasifikasi A.

Ketiga, kualitas dosen yang mengajar di UGM diwajibkan untuk memiliki publikasi internasional terindeks Scopus maupun Thompson.

“Keempat, jumlah dosen yang memadai di UGM. Dan yang terakhir adalah prestasi para mahasiswa UGM yang kerap menjuarai berbagai kompetisi ilmiah tingkat nasional maupun internasional,” papar Arif yang juga penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang dikoordinir oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia itu.

“Jadi, prestasi UGM mencapai peringkat teratas secara nasional merupakan perjuangan dari institusi itu sendiri beserta seluruh civitas akademika-nya. Tidak boleh ada intervensi dari siapapun terkait pemeringkatan kampus ini,” terang dia lagi.

Baca Juga:  DBD Meningkat, Khofifah Ajak Warga Waspada

Perkembangan Peringkat

Data Kemenristekdikti mencatat, ITB menempati posisi pertama pada tahun 2015 yang disusul oleh UGM pada posisi kedua.

Sementara itu, 10 perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia tahun 2015 berturut-turut adalah ITB, UGM, IPB, UI, ITS, UNIBRAW, UNPAD, Unair, UNS, dan UNDIP. Namun pada tahun 2017, UGM berhasil naik pada posisi pertama, disusul oleh ITB, IPB, UI, ITS, UNDIP, UNAIR, UNIBRAW, UNHAS, dan UNY.

Penggunaan Webometrics

Sementara itu, Peneliti Statistika dari UGM M. Fariz Fadillah Mardianto menilai bahwa indikator pemeringkatan perguruan tinggi, sejauh ini dihitung dari jumlah publikasi, kegiatan mahasiswa, dan kualitas pendidikan yang jauh lebih baik dibanding perguruan tinggi lain.

“Artinya, pantas kalau UGM meraih peringkat pertama nasional. Kita juga perlu melihat dari kaca mata ITB yang posisinya tergusur oleh UGM,” ungkap dia yang juga Dosen Statistika dari Universitas Airlangga itu.

Menurut dia, perhitungan peringkat perguruan tinggi sering menggunakan webometrics. Yaitu, lembaga independen yang tidak ada kaitannya dengan pemerintah, yang dalam risetnya mengambil data-data langsung melalui Scopus (terkait publikasi), Badan Akreditasi Nasinal (BAN)-Perguruan Tinggi untuk hal-hal terkait informasi akreditasi, SDM, dan sebagainya.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Resmikan Pemanfaatan Sumur Bor

“Pemeringkatan webometrics umumnya tidak jauh berbeda dengan pemeringkatan BAN-PT atau DIKTI. Dalam pemeringkatan perguruan tinggi tahun ini, indikator yang digunakan Webometrics masih sama yaitu SDM (30%), kelembagaan (28%), kemahasiswaan (12%), serta peneliti dan pengabdian kepada masyarakat (30%),” tandas Fariz. (ed)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 4